Powered By Blogger

Kamis, 15 September 2011

Nelayan Baron 'Impor' 5 Ton Ikan


Kamis, 01 September 2011

WONOSARI (KRjogja.com) - Untuk mencukupi kebutuhan menghadapi libur lebaran, pedagang ikan di pantai Baron harus mendatangkan ikan dari luar daerah. Pedagang rela mengambil ikan dengan harga lebih mahal dari Jawa Timur, Semaran, Cilacap. Sebab libur Lebaran terjadi peningkatan permintaan yang cukup tinggi.

"Pedagang sudah mendatangkan ikan kurang lebih 5 ton dari luar daerah. Karena paceklik ikan membuat nelayan tak bisa memperoleh tangkapan yang maksimal. Jikapun berhasil melaut, hanya membawa pulang ikan campur dalam jumlah minim," kata Ketua Unit Nelayan Pantai Baron Sunardi, Kamis (1/9).

Jumlah lima ton, lanjutnya diperkirakan juga masih bisa bertambah. Karena kunjungan wisatawan akan terjadi hingga H+7 dan biasanya juga membeli ikan baik dalam keadaan mentah maupun matang dengan jumlah yang cukup banyak. Sekalipun tentu harganya agak sedikit mahal dengan mengambil dari luar daerah, tidak akan mengurangi daya beli konsumsi wisatawan yang sudah terjadi setiap tahunnya.

“Agar pembeli bisa merasa puas, tentunya para pedagang juga sudah memasang dagangan ikan segar maupun dalam kondisi siap untuk dikonsumsi,” tambahnya.

Terpisah, seorang pedagang ikan di Pantai Baron Ngatirah menuturkan, libur lebaran menjadi berkah bagi pedagang ikan, sebab kunjungan meningkat dan daya beli juga naik. Untuk harga ikan tuna berkisar Rp 30 ribu untuk siap konsumsi dan tongkol antara Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu. Harga ini memang naik tetapi dalam kondisi wajar, sebab harus mengambil dari luar daerah.

“Ada juga pedagang yang mendatangkan ikan untuk dijual dari Pantai Sadeng, sebab disana nelayan menggunakan perahu lebih besar dan bisa melaut dalam jarak jauh,” ucapnya. (R-2)

Kualitas Tenaga Terdidik di GK Perlu Ditingkatkan


Kamis, 15 September 2011


YOGYA (KRjogja.com) - Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, perlu memperkuat kualitas tenaga terdidik untuk mengatasi persoalan kemiskinan di daerah ini .

Dosen jurusan sosiologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Arie Sudjito saat dihubungi di Yogyakarta, Rabu (14/9), mengatakan, untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan di Gunung Kidul yang identik dengan daerah tandus dan kering tidak harus menggunakan jalan urbanisasi ke perkotaan.

Menurut dia, pemkab setempat hendaknya berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) terdidik agar berkontribusi menyelesaikan masalah kemiskinan.

Salah satu upaya pemanfatan tenaga terdidik, kata dia, adalah pemkab harus berani membenahi sistem perekrutan pegawai negeri sipil (PNS).

"Dalam perekrutan salah satu tenaga terdidik ini pemkab harus benar-benar memperhatikan kualitas dan kompetensi calon pendaftar," kata dia.

Dengan begitu, kata dia, Gunung Kidul, akan memperoleh SDM yang profesional dan mampu menyelesaikan persoalan teknis di lapangan yang berkaitan dengan program pengurangan kemiskinan.

Ia mengatakan pemanfaatan tenaga terdidik ini bisa menjadi solusi untuk mengatasi laju urbanisasi warga Gunung Kidul menuju perkotaan yang semakin cepat.

"Jika potensi SDM lokal dikembangkan dengan baik, maka Gunung Kidul lambat laun bisa menyelesaikan masalah kemiskinan," katanya.

Untuk mencapai hal itu, syaratnya, pemkab setempat, kata dia, harus memiliki komitmen yang kuat dengan menjalankan program secara berkelanjutan.

Selain membenahi perekrutan tenaga terdidik, kata dia, pemkab harus terus memperbanyak lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) sehingga kalangan warga di kabupaten ini memiliki bekal keterampilan untuk saat mendaftar sebagai pencari kerja maupun mendirikan usaha secara mandiri.

"Pemkab perlu menggandeng pengusaha lokal untuk memberdayakan siswa lulusan SMK untuk menekan angka pengangguran," kata dia. (Ant/Yan)

Sumber Air Kali Kuring Belum Tergarap Pemerintah


WONOSARI (KRjogja.com) - Sumber air Kali Uring di Dusun Widoro, Desa Balong, Kecamatan Girisubo, Gunungkidul yang sepanjang tahun tidak pernah kering belum tergarap. Padahal jika diekploitasi bisa untuk mengatasi kekeringan di wilayah sekitar.

Selama ini oleh warga dibangun dam dengan konstruksi sederhana yang berfungsi untuk menampung air, diantaranya untuk kebutuhan mandi, mencuci dan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari meskipun harus dengan cara berjalan kaki sekitar 2 km. “Debit airnya cukup besar dan bahkan selama ini dijadikan andalan pemilik dan pengusaha tangki air untuk dijual kepada masyarakat dengan harga tiap tangki sebesar Rp 80 ribu,” ujar Sutiyo, warga setempat, Kamis (15/9).

Hampir setiap hari, tambahnya, banyak mobil tanki air mengambil di lokasi ini. Tiap mobil tanki kapasitas 5.000 liter dikenai dana Rp 80.000 yang nantinya uang hasil penjualan air ini masuk ke kas di desa dan menguntungkan warga setempat.

“Sebab kalau ada bak atau dam yang bocor, bisa langsung diperbaiki tanpa harus minta iuran penduduk. Pokoknya dana itu untuk pemeliharaan di kawasan sumber air ini,” katanya.

Meskipun sumber air di Kali Uring ini sangat melimpah dan tidak pernah kering, tetapi lokasi ini belum pernah tersentuh proyek pemerintah. Padahal menurut warga setempat, jika ada kucuran dana pemerintah, air Kali Kuring bisa dialirkan ke rumah-rumah warga dengan pipa. (Bmp)

Kamis, 15 September 2011

Senin, 12 September 2011

Desa Bohol juara nasional peduli kehutanan

GUNUNGKIDUL—Desa Bohol, Kecamatan Rongkop Gunungkidul menyabet juara II Nasional kategori Desa Peduli Kehutanan. Desa yang berada di pelosok Gunungkidul itu berhasil menyisihkan ribuan desa se-Indonesia atas kegigihan warganya dalam mengelola hutan rakyat sejak 2005 lalu.

Kepala Desa Bohol, Widodo kepada Harian Jogja, Jumat (9/9) menjelaskan, tropi juara II nasional itu telah diterima olehnya pada Agustus lalu di Senayan Jakarta. Pemberitahuan tersebut diberikan kepadanya melalui surat undangan yang ditandatangai langsung oleh sekretaris Negara, Sudi Silalahi. Pihaknya dinilai secara nasional oleh Departemen Kehutanan menjadi nomor dua di bawah salah satu desa di Kabupaten Jepara Jawa Tengah, lantaran berhasil membuat penghijauan dalam waktu sekitar enam tahun.

Awal penghijauan itu, dilakukannya secara tidak sengaja dalam rangka memberikan penyadaran kepada masyarakat untuk menyelamatkan telaga dari kekeringan. Program yang dicanangkan oleh pemerintah desa banyak terfokus pada penghijuan sejak 2005, hingga menghasilkan sekitar 100 hektare hutan yang sudah tertanami pohon jati dan akasia selama lima tahun.

“Yang 100 hektare ini dahulu gundul, beberapa ada yang tanah kas desa ada pula yang tanah milik warga, dijadikan hutan rakyat istilahnya,” ungkap Widodo.(Harian Jogja/Sunartono)

Jum'at, 09 September 2011 11:46:03

Kekuatan Diri

Ada tiga buah benda,
1. Sayuran
2. Telur
3. Kopi
Ketiga benda di atas akan mendapat perlakuan yang sama yaitu akan dicampur dengan air panas yang mendidih. Lalu, Kira-kira mana yang akan anda pilh??
Untuk benda pertama, sayuran itu lemah terhadap panas. Jangankan dimasukkan dalam air mendidih, terkena sinar matahari pun akan segera layu. Kesimpulannya, sayuran akan lunak bahkan remuk jika terus-terusan dalam air mendidih.
Untuk benda kedua, mungkin kita sudah sangat sering memakan telur rebus. Itulah hasil akhir dari telur yang mendapat perlakuan direndam dengan air mendidih.
Yang ketiga, inilah minuman favorit di pagi hari untuk beberapa orang. Kopi akan memberikan aroma yang begitu nikmat setelah ia direndam dalam air yang super panas.
Ketiga ilustrasi di atas adalah gambaran ketika kita mendapat sebuah permasalahan. Apakah kita akan menjadi sayuran yang ketika mendapat tekanan atau permasalahan akan hancur dan mlempem? Ataukah kita akan menjadi telur yang mengeras ketika mendapat permasalahan. Menjadi pribadi yang berwatak keras dan tidak luwes? Atau kita menjadi pribadi pada pilihan yang terakhir, yatiu kopi. Kita akan bertransformasi menjadi pribadi yang menyenangkan tanpa menghilangkan nilai-nilai diri kita saat tengah bergelut dengan masalah. Bahkan kopi harus dihancurkan terlebih dahulu. Bukan seberapa banyak kita jatuh, tapi seberapa banyak kita dapat bangun setelah terjatuh.
Di sudut pandang lain, dapat kita maknai pula bahwa dengan keadaan yang terdesak atau dalam tekanan kita akan mengeluarkan kemampuan kita yang melebihi batas. Harusnya kita tak kuat untuk begadang sepanjang malam, tapi karena tuntutan pekerjaan, itu dapat kita lalui.
Sekali lagi, ingin menjadi apa diri kita� tergantung kita sendiri yang mengarahkan saat menghadapi masalah. Apakah kita mau menjadi pribadi yang kaku, atau menjadi pribadi lemah atau kita menjadi pribadi yang bisa menyesuaikan keadaan dengan permasalahan yang tengah kita hadapi dan saat itu kita memperoleh kemampuan baru. Hal yang terpenting supaya kita mendapatkan kemampuan yang melebihi batas itu adalah dengan kita menghadapinya. Kata orang tua. "Permasalahan itu untuk dihadapi, bukan dihindari".
Banyak hal yang membuat kita ragu dalam menyelesaikan permasalahan yang tengah dirundung. Terlalu banyak berpikir dan merencanakan namun akhirnya tak diselesaikan. Bahkan sampai ada kata-kata yang mengutarakan, "Orang yang terlalu banyak berpikir lebih cenderung untuk mengurungkan niatnya". Hal yang harus kita lakukan adalah memulai untuk mengerjakan sedini mungkin.
"Di saat kita berpikir bahwa kita mengerjakan hal yang tak dapat kita selesaikan, saat itu waktu tengah membimbing kita untuk mendapatkan kemampuan yang lebih


HARIAN JOGJA SENIN ,12-SEP-2011

MENEGUHKAN JATI DIRI

Meneguhkan Jati Diri Keistimewaan Yogyakarta
Rabu, 07 September 2011 07:33:20
 
Yogyakarta: Pada Senin (5/9) lalu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar serangkaian acara open house di komplek Keraton. Acara open house tersebut diperuntukkan bagi masyarakat umum dan PNS se-DIY. Sejak pagi nampak banyak sekali masyarakat yang telah memadati halaman Pagelaan Keraton Yogyakarta. Mulai dari PNS, mahasiswa/pelajar, pekerja seni, pedagang dan sebagainya. Masyarakat berduyun-duyun rela antri hingga bahkan berdesak-desakan demi untuk mendengarkan pidato dan sungkem langsung dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Open house atau yang dikenal dengan Syawalan Akbar kali ini juga sekaligus merupakan peringatan 66 tahun Amanat 5 September 1945. Yakni peristiwa bergabungnya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam rangkaian acara open house tersebut diawali dengan penyampaian isi amanat rakyat Yogyakarta oleh Ketua DPRD DIY kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X. Amanat rakyat Yogyakarta tersebut berisi dukungan kepada Sri Sultan dan Paku Alam agar tetap memimpin Yogyakarta sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur. Pada intinya masyarakat Yogyakarta akan selalu setia mendukung penetapan.

Dalam pidatonya Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan akan melaksanakan amanat sesuai dengan batas kemampuan yang dimiliki. Beliau juga mengungkapkan bahwa peringatan peristiwa Amanat 5 September 1945 bukan hanya terkait penetapan Sri Sultan dan Paku Alam sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur. Namun ada sesuatu yang terselip di balik peristiwa bersejarah tersebut, yakni menunjukkan jati diri masyarakat Yogyakarta yang berjuang untuk Indonesia.

Jati diri masyarakat Yogyakarta tersebut haruslah berpegang pada tiga prinsip yang telah ditanamkan oleh almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Pertama, jiwa masyarakat Yogyakarta adalah merah putih. Kedua, kepribadian masyarakat Yogyakarta adalah Pancasila. Ketiga, watak masyarakat Yogyakarta adalah Bhinneka Tunggal Ika. Menurut Sri Sultan Hamengku Buwono X ketiga prinsip tersebut harus menjadi spirit masyarakat DIY dalam mempertahankan keistimewaan. Akhirnya, sampai kapanpun Jogja memang istimewa. Kepada seluruh masyarakat DIY, mari terus teguhkan keistimewaan tersebut dengan semangat nilai-nilai luhur seperti yang telah diamanahkan almarhum Sri Sultan HB IX. Jogja istimewa untuk Indonesia!

harian jogja  rabu 7-sep-2011
Meneguhkan Jati Diri Keistimewaan Yogyakarta
Rabu, 07 September 2011 07:33:20
Meneguhkan Jati Diri Keistimewaan Yogyakarta
Rabu, 07 September 2011 07:33:20
2011090773320_lambang_keraton_yogyakarta_.jpg
Yogyakarta: Pada Senin (5/9) lalu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar serangkaian acara open house di komplek Keraton. Acara open house tersebut diperuntukkan bagi masyarakat umum dan PNS se-DIY. Sejak pagi nampak banyak sekali masyarakat yang telah memadati halaman Pagelaan Keraton Yogyakarta. Mulai dari PNS, mahasiswa/pelajar, pekerja seni, pedagang dan sebagainya. Masyarakat berduyun-duyun rela antri hingga bahkan berdesak-desakan demi untuk mendengarkan pidato dan sungkem langsung dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Open house atau yang dikenal dengan Syawalan Akbar kali ini juga sekaligus merupakan peringatan 66 tahun Amanat 5 September 1945. Yakni peristiwa bergabungnya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam rangkaian acara open house tersebut diawali dengan penyampaian isi amanat rakyat Yogyakarta oleh Ketua DPRD DIY kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X. Amanat rakyat Yogyakarta tersebut berisi dukungan kepada Sri Sultan dan Paku Alam agar tetap memimpin Yogyakarta sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur. Pada intinya masyarakat Yogyakarta akan selalu setia mendukung penetapan.

Dalam pidatonya Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan akan melaksanakan amanat sesuai dengan batas kemampuan yang dimiliki. Beliau juga mengungkapkan bahwa peringatan peristiwa Amanat 5 September 1945 bukan hanya terkait penetapan Sri Sultan dan Paku Alam sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur. Namun ada sesuatu yang terselip di balik peristiwa bersejarah tersebut, yakni menunjukkan jati diri masyarakat Yogyakarta yang berjuang untuk Indonesia.

Jati diri masyarakat Yogyakarta tersebut haruslah berpegang pada tiga prinsip yang telah ditanamkan oleh almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Pertama, jiwa masyarakat Yogyakarta adalah merah putih. Kedua, kepribadian masyarakat Yogyakarta adalah Pancasila. Ketiga, watak masyarakat Yogyakarta adalah Bhinneka Tunggal Ika. Menurut Sri Sultan Hamengku Buwono X ketiga prinsip tersebut harus menjadi spirit masyarakat DIY dalam mempertahankan keistimewaan. Akhirnya, sampai kapanpun Jogja memang istimewa. Kepada seluruh masyarakat DIY, mari terus teguhkan keistimewaan tersebut dengan semangat nilai-nilai luhur seperti yang telah diamanahkan almarhum Sri Sultan HB IX. Jogja istimewa untuk Indonesia!


 
Yogyakarta: Pada Senin (5/9) lalu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar serangkaian acara open house di komplek Keraton. Acara open house tersebut diperuntukkan bagi masyarakat umum dan PNS se-DIY. Sejak pagi nampak banyak sekali masyarakat yang telah memadati halaman Pagelaan Keraton Yogyakarta. Mulai dari PNS, mahasiswa/pelajar, pekerja seni, pedagang dan sebagainya. Masyarakat berduyun-duyun rela antri hingga bahkan berdesak-desakan demi untuk mendengarkan pidato dan sungkem langsung dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Open house atau yang dikenal dengan Syawalan Akbar kali ini juga sekaligus merupakan peringatan 66 tahun Amanat 5 September 1945. Yakni peristiwa bergabungnya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam rangkaian acara open house tersebut diawali dengan penyampaian isi amanat rakyat Yogyakarta oleh Ketua DPRD DIY kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X. Amanat rakyat Yogyakarta tersebut berisi dukungan kepada Sri Sultan dan Paku Alam agar tetap memimpin Yogyakarta sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur. Pada intinya masyarakat Yogyakarta akan selalu setia mendukung penetapan.

Dalam pidatonya Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan akan melaksanakan amanat sesuai dengan batas kemampuan yang dimiliki. Beliau juga mengungkapkan bahwa peringatan peristiwa Amanat 5 September 1945 bukan hanya terkait penetapan Sri Sultan dan Paku Alam sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur. Namun ada sesuatu yang terselip di balik peristiwa bersejarah tersebut, yakni menunjukkan jati diri masyarakat Yogyakarta yang berjuang untuk Indonesia.

Jati diri masyarakat Yogyakarta tersebut haruslah berpegang pada tiga prinsip yang telah ditanamkan oleh almarhum Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Pertama, jiwa masyarakat Yogyakarta adalah merah putih. Kedua, kepribadian masyarakat Yogyakarta adalah Pancasila. Ketiga, watak masyarakat Yogyakarta adalah Bhinneka Tunggal Ika. Menurut Sri Sultan Hamengku Buwono X ketiga prinsip tersebut harus menjadi spirit masyarakat DIY dalam mempertahankan keistimewaan. Akhirnya, sampai kapanpun Jogja memang istimewa. Kepada seluruh masyarakat DIY, mari terus teguhkan keistimewaan tersebut dengan semangat nilai-nilai luhur seperti yang telah diamanahkan almarhum Sri Sultan HB IX. Jogja istimewa untuk Indonesia!


Minggu, 11 September 2011

http://www.4shared.com/folder/pVSkOfNy/mp3_dangdut.html

http://www.4shared.com/folder/pVSkOfNy/mp3_dangdut.html .........link tersebut untuk dowload lagu dangdut,bagi yang gemar dan hoby dengan musik dangdut,silahkan klik link diahttp:http://www.4shared.com/folder/pVSkOfNy/mp3_dangdut.html......free